Senin, 31 Oktober 2011

Bawal V.S. Kebo

Aku pengen banget jadi Bawal, dan mencari Kebo yang setia padaku. Calon kebo sudah ada, tapi apakah dia mau? Iya, dia calon kebo ku. Baik, pengertian, dan tidak sombong! Aku sangat menyayanginya, apakah dia juga? Tidak, dia tak menyayangiku. Dia menyayangiku tapi mengapa hanya sebatas kata? Memang bawal dan kebo bukan satu jenis, tapi Bhineka Tunggal Ika. Berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Memang dalam beribu keanekaragaman pasti dapat berpasang-pasangan. Ya, aku ingin itu! Bawal dengan Kebo.

Sabar Pradipta Vidha Nararya tersayang! Ayah di Hatimu!

Tahun 2011 beberapa temanku kehilangan sosok seorang kepala keluarga yang sangat mereka sayangi. Dan kali ini aku ingin menceritakan kisah temanku. Pradipta Vidha Nararya.

Akhir akhir sebelum almarhum Pak Yudha meninggal, Pak Yudha berjanji akan mengajak keluarganya menaiki pesawat Casa. Tapi Pak Yudha sakit dan batal. Saat hari itu tiba! Pak Yudha benar benar mengajak keluarganya naik Pesawat Casa, tapi mereka di tempat yang berbeda. Keluarga *kecuali Pradipta* duduk di kursi dan Pak Yudha (alm) di dalam Peti. Di sayangkan saat itu Pradipta tak dapat ikut bersama untk terakhir kalinya. Karena Pradipta ada kemah bakti bersama sekolah.

Jika aku menjadi Pradipta aku akan sangat menyesal. Tapi tetap semangat sayang! Kita teman teman mu akan selalu menyupport mu, walaupun engkau tak lagi mengenalku.

Selamat jalan Om Yudha (alm)
Aku yakin Om dan ayahku pasti ada di tempat yang teduh, penuh dengan bunga bunga yang indah, di kelilingi peri peri cantik, dan semua hal yang ada di surga.

Selasa, 25 Oktober 2011

Gara gara salah alamat.


Gara gara salah alamat.

Siang itu aku tak masuk sekolah, aku sakit. Saat aku sedang membuka  jejaring sosial punya ku (facebook) aku membaca status milik orang bernama Reinaldi Dwi P, dan aku mengkomentari statusnya, pertama aku kira dia adalah saudara ku tapi ternyata bukan (oh no).  Lalu dan akhirnya aku berkenalan dengannya. Dia baik, aku sering curhat dengannya terutama tentang Ayah atau Bagas (temannya) tapi  akhir akhir ini aku uda jarang banget cerita tentang Bagas masalahnya uda ngga suka (jahat ya aku) tapi masalahnya aku sekarang suka sama Reinaldi. Ngga aku sangka, ternyata aku suka sama dia. Memang sih dia lebih pengertian dari Bagas, tapi.... dia kan masih sayang sama mantannya (dari lagatnya sih ngga tau kenyataannya gimana). Tapi semoga aku ngga kehilangan dia. Pengen banget punya kakak atau pacar kayak dia, baik, pengertian lagi. Hehe. Aku takut dia jauhin aku. Aku pengen walaupun dia ngga jadi pacarku dia masih mau jadi temen curhatku. Takutnya kayak Bagas kemarin. Huft....
Pokoknya aku ngga mau Reinaldi berubah! Aku pengen Reinaldi yang sekarang. Ngga mau Reinaldi yang baru! Reinaldi yang aku kenal. Pengen banget ngelukis dia. Walaupun aku pernah ngelukis dia terus aku kasih temen ku masalahnya temen ku suka sama lukisan itu, nyesel banget aku sekarang. Aku pengen ngelukis dia tapi takut aku gambar pake emosi, dan ntar hasilnya jelek. Aku pengen ngasih gambar itu waktu dia ulang tahun, tapi gimana caranya! Pasti dia sibuk.

Senin, 24 Oktober 2011

BAPAK, Lihatlah Aku

Yang ku ingat kenangan terakhir bersamanya adalah ketika aku merengek minta uang jajan, sambil menduduki kedua ujung kakinya yang menjuntai di kursi ruang tamu. Aku tidak ingat berapa usiaku. Cangkir besar yang bapakku miliki, itupun sangat melekat dalam ingatan. Aku suka memperhatikan, bagaimana bapak menghabiskan kopi atau tehnya di waktu santainya sepulang dari rumah sakit. Sepertinya setiap regukan kopi dari cangkir besar itu sangat nikmat. Aku pernah meminta satu regukan darinya. Rasanya pahit tapi manis. Begini ya, rasa kopi kental asli. Bapak biasanya menyulut rokok kretek favoritnya, teman minum kopi. Wangi asap rokoknya harum, tidak seperti yang mengepul di dalam bis atau angkot.
Suara motor Suzuki klasiknya selalu membuatku ketagihan untuk sekedar berkeliling kampung, persis saat bapak sampai di rumah. Bapak tak pernah menolak saat aku dan kakakku meminta dibonceng berkeliling, padahal mungkin bapak sangat capek. Betapa nikmatnya, duduk di atas tangki bensin merah itu, kakakku dibelakang. Pandanganku sesekali tertuju pada speedometer dan aku selalu ingin memijit klaksonnya yang bersuara khas. 5 menit berkeliling kampung, cukup menghiburku dan kakak di setiap sore. Ah, ternyata benar…suasana sore itu sangat hangat.
Aku perhatikan, bapak selalu memakai minyak rambut saat menyisir rambutnya. Wangi Lavender itu selalu membuat aku kangen. Hingga hari ini…
Caranya berpakaian sangat matching, gaya itu menurun padaku. Apapun ingin selalu matching. Bapak rajin menyapu halaman depan. Membakar sampah saat subuh, itu kebiasaannya. Bapak melakukannya kadang sambil menunggu serabi oncom matang, yang dijual si bibi langganan kami, di pertigaan jalan utama dekat rumah. Aku perhatikan, bapak juga berbincang dengan tetangga yang kebetulan sedang mengantri membeli serabi. Bapak kok ramah ya… Aku tidak seperti itu pada teman perempuanku. Lain halnya dengan teman laki – laki, aku bisa akrab dengan mereka. Tapi sekarang, aku bisa ramah seperti mu, bapak. Andai kau melihat perubahanku sekarang.
Aku tidak tomboy lagi, walau tetap suka menantang bahaya, ngebut naik motor. Gaya berpakaianku rapi, sepertimu. Itu kata mama. Mama bilang, “neng, meni ciga bapak. Nanaon teh kedah rapi jeung mecing.” (=neng, kok persis bapak. Apapun harus serasi.) Aku mewarisi kecerdasanmu, walau aku pernah mogok sekolah karena gengsi. Andai kau melihatku seperti sekarang ini, bapak… Aku mulai rajin menulis apa saja yang aku rasakan sekarang. Aku mau membuatnya menjadi sebuah buku. Persembahan untuk suamiku yang penyabar sepertimu. Andai kau masih di sini, akan ku persembahkan buku itu padamu.
Aku tak menyalahkan takdir. Bapak memang lebih baik ‘pulang’ lebih dulu. Mungkin supaya aku bisa seperti ini. Kuat dan tangguh terhadap ujian apapun. Cantik dengan sendirinya walau sisi liar kadang muncul tak tertahankan. Mulai bisa sabar menghadapi sesuatu, walau tadinya grasa grusu dan lumayan pemarah. Mungkin aku akan bergantung padamu di usiaku kini, jika kau masih hidup. Itu tak baik untuk jiwa ku. Akan mudah rapuh dan melepuh.
Bapak, aku yakin…saat ‘pertemuan kita nanti’, bapak akan tersenyum, mengenaliku di sana. Aku akan memeluk bapak erat sekali, mengajak bapak jalan – jalan di sekitar kebun di surga, membicarakan segala hal yang aku mau, juga mencium kakimu. Surga di telapak kaki ibu, menurutku wangi kaki bapak pun akan membuat segala hal menjadi harum.

anak perempuan dan ayah :'(

Aku anak kedua ayah sekaligus anak terkecil ayah. Aku sayang sekali padanya. Beliau selalu membuatku bahagia dengan apapun caranya. Membelikan terompet di tahun baru. Memberi hadiah saat ku ulang tahun. Dan masih banyak lagi. Beliau tak pernah membuat ku menangis, dan jika aku menangis beliau selalu berusaha membuatku berhenti menangis dan tertawa, aku teringat, saat aku ingin sekali memancing tapi keadaan ku saat itu aku sakit, dan bunda tak membolehkannya, ayah yang selalu membelaku, ayah memberikan apa yang aku inginkan agar aku tak menangis.
Aku dan ayah mempunyai banyak persamaan.
-Sama sama berkulit hitam
-Sama sama suka sayuran
-suka membantah bunda
-cerewet
-suka menulis
-suka minum kopi


Tapi aku dan ayah mempunyai banyak perbedaan juga
-ayah pemberani, aku tidak.
-ayah perokok, aku tidak suka perokok.
-ayah mempunyai semangat yang tak pernah hancur, aku suka putus asa
-ayah berambut ikal, aku lurus


Kebiasaan ayah di pagi meminum secangkir kopi dan ditemani koran pagi, kadang ditemani dengan rokok di meja depan. Ayah selalu mengajak ku bolos sekolah kalau hari jumat, sabtu, minggu. Entah aku diajak membolos aku sudah lupa.


Masih jelas dalam ingatan ku Rabu tanggal 30 Juni 2004. Kaos merah dan celana pendek hijau menjadi saksi "dek, ayah sudah ngga ada" satu kalimat yang meluncur dari mulut bunda sudah sanggup meruntuhkan ketegaran hati yang kumiliki. Dengan pelan ku coba untuk mengintip ke adaannya di ruang ICU. Saya hanya bisa duduk menatap kekosongan dan mengenang masa bahagia bersamanya. Seumur hidupnya dia tak pernah membiarkan saya dalam kesedihan. Saat saya menangis ayah selalu memiliki cara untuk membuat lesung pipiku kembali terlihat. Tapi hari itu seolah ia membiarkanku dalam sebuah kesedihan yang mendalam untuk belajar menerima sebuah perpisahan badani yang merupakan awal dari sesuatu yang kekal.








TUJUH TAHUN LALU.
30 JUNI 2004
LOVE YOU, DAD.
I MISS YOU

Inspirasiku kemana?

Saya pusing memikirkan naskah dramanya. Waaaaaa tumben ngga punya inspirasi -_-
Ayoo datang, datanglahhh.
Kenapa ngga dateng dateng sih, sudah pusing saya

Minggu, 23 Oktober 2011

LARA HATI (La Luna)

rasa takut kehilanganmu
kini menjelma menjadi nyata
ku tak bisa menghindar
mungkin cintaku tlah usai

kata maaf tak bisa menebus
atas satu khilafku padamu
kau merasa dikhianati
kau putuskan untuk pergi

reff:
ku coba tersenyum saat kau pergi
meski lara hati menangis melepasmu
andaikan kau tahu
betapa aku masih mencintamu

kata maaf tak bisa menebus
atas satu khilafku padamu
kau merasa dikhianati
kau putuskan untuk pergi

repeat reff [2x]

ingin rasanya aku memelukmu
tuk terakhir kali sebelum engkau pergi
namun ku takut tak mampu
menahan air mataku