Senin, 13 Agustus 2012

Galau yang Tertunda

Ada tiga hal yang aku tidak suka dalam hidupku. Pesawat. Senja. Dan kardus.

Pesawat.

Diam-diam aku suka mengamati pesawat ketika tidak sengaja lewat seribu jengkal diatas kepalaku. Dari kejauhan hingga aku tau dia akan sampai tujuan. Setiap melihat pesawat aku selalu merasa ada yang menangis di kejauhan. Dulu waktu kecil, tiap kali pesawat lewat, ibu selalu menyuruhku untuk melambaikan tangan. "Dada pesawaaaaaatttt...." Dan sampai sekarang, aku selalu menganggap pesawat itu berarti "selamat tinggal".... "sampai tidak tau kapan jumpa lagi"

Senja.

Setauku senja itu favorit wanita. Karena itu, pria hobi berlomba-lomba mendapatkan hati wanita dengan mengajaknya kencan kala senja. Tapi tak begitu denganku. Aku memang suka berlama-lama mengamati senja di pojok jendela. Tapi bukan karena aku suka. Aku hanya tak tega melewatkan kepergian matahari. Karena setiap senja aku merasa takut. Takut matahari hilang dan tak akan pernah kembali lagi.

Dan terakhir kardus.

Kardus itu aneh menurutku. Kotak yang awalnya tertutup lalu sengaja dibuka dan akhirnya ditutup lagi dengan ikatan atau lakban. Buat apa dibuka jika nantinya ditutup lagi?
Aku tidak tau apa sebenarnya fungsi kardus. Yang aku tau kardus itu identik dengan pindah. Dulu waktu kecil, aku melihat tetangga mengepak kardus. Setiap ku tanya ayah. Mereka pindah rumah katanya.
Dan sekarang. Senja ini, Aku sedang mengepak kardus. Berharap pesawatku terlambat datang kali ini.

Aku tak tega mengepak kardus-kardus ini. Terutama..... kardus coklat yang sengaja ku sendirikan. Kardus itu spesial. Kardus yang jika ku buka, aku bisa merentet semua ceritaku dengannya. Sejak kita kenal. Sejak aku sengaja melemparinya buah ceres saat dia bermain di lapangan. Aku hobi sekali mengumpulkan barang-barang yang berhubungan dengannya. Rautan pensilnya ketika dia SD, serbet bekas lukanya saat jatuh bermain gobak sodor, jepitnya yang patah karena dijahili senior ketika MOS SMP. Bahkan nilai Matematikanya yang jelek waktu SMA masih kusimpan. Dia tak ingin orangtuanya tau, lalu dimasukkan ke dalam tasku.


Setiap waktu yang kuhabiskan dengannya begitu kunikmati. Seperti secangkir coklat panas saat musim hujan. Begitu nikmat setiap seduhan.


Aku tak ingin seperi pesawat baginya, yang mengucapkan selamat tinggal dan tak tau kapan jumpa lagi

Aku tak ingin seperti senja baginya, yang pergi dan seakan tak akan kembali

Aku tak ingin kerdus ini seakan tanda berpindah. Karena aku akan kembali secepatnya dari Singapore. Aku akan kembali mengisi kerdus ini lagi. Tak hanya tentangmu, tapi tentang kita berdua.Tentang kita dimasa yang akan datang, masa masa yang kita impikan sejak dulu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar